Senin, 18 April 2011

everywhere

Berbuat baiklah di manapun Anda Berada Nabi SAW bersabda, لاَ تَكُوْنُوْا إِمَّعَةً، تَقُوْلُوْنَ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا، وَإِنْ ظَلَمُوْا ظَلَمْنَا، وَلَكِنْ وَطِّنُوْا أَنْفُسَكُمْ، إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوْا وَإِنْ أَسَاءُوْا فَلاَ تَظْلِمُوْا “Janganlah kalian bersikap imma’ah, yaitu kalian berkata, “Jika orang lain berbuat baik, maka kami pun akan berbuat baik, dan jika mereka berbuat zalim, kami pun berbuat zalim. Tetapi, perkokohlah diri kalian masing-masing; jika orang-orang berbuat baik, hendaklah kalian berbuat baik pula, dan jika mereka berbuat jahat, janganlah kalian berbuat zalim.” (HR. At-Tirmidzi) Apa itu imma’ah? Imma’ah maksudnya adalah ikut-ikutan, tidak punya prinsip. Ikut-ikutan dalam hal-hal yang tidak baik. Hadits ini merupakan tanggapan tegas bagi mereka yang berkata, “Bagaimana aku tidak melakukan korupsi sementara orang-orang di kantor berbuat korupsi? Bagaimana saya tidak merokok sementara temen-teman saya merokok? Bagaimana bisa Anda melarang saya membuang kertas di jalan tol sementara di pintu tol penuh dengan kertas?! Ingat, anda adalah seorang muslim. Kendati seluruh dunia tidak ada yang berbuat baik, anda harus tetap berbuat baik. Jika Anda belum sampai pada pemahaman ini, lalu apa pengaruh shalat, zakat, bacaan Al-Qur’an, dan ibadah lainnya pada diri anda?! Lingkungan memberikan pengaruh yang sangat kuat dalam diri seseorang. Sehingga seseorang yang tidak punya prinsip akan sangat mudah terombang-ambing dalam arus kehidupan. Orang-orang ke kanan ia ikut ke kanan. Orang-orang ke utara ia ikut ke utara. Bahkan seandainya orang-orang masuk jurang, mungkin ia ikut masuk jurang juga. Oleh karena itu, konsistenlah dengan niat Anda untuk selalu berbuat baik; dan berbuat baiklah dimanapun dan kapanpun Anda berada. Dengan senantiasa berbuat baik, Anda tidak hanya disenangi oleh orang-orang di sekitar Anda, tapi Anda akan senantiasa dicintai Allah dan selalu mendapatkan rahmatnya.

Sabtu, 16 April 2011

Just A question

bukankah tujuannya sebenarnya adalah menjadi abdi-Nya (QS 51:56)? Bagaimana seorang abdi yg tak pernah mengenal Tuhannya, mengenal siapa yg diabdi? Jadi… mengenal Tuhan adalah salah satu titik tonggak, sebuah milestone. Tapi mengenal Tuhan tentu tidak mudah, maka Rasulullah SAW memberikan satu clue rahasia: siapa yg mengenal dirinya (’aku’ yg sebenarnya), akan mengenal Tuhannya. So… mencari ‘aku’ yg sebenarnya adalah sebuah jalan bagi sebuah pengenalan yg lebih agung lagi, yakni pengenalan akan Tuhan. masing-masing kita punya semacam tugas atau misi agung di dunia ini. Masing-masing, tak terkecuali! Hanya si ‘aku’ yang di dalam yang paham benar tugas seperti apa yang diamanahkan. Kalau sekarang ini kita nggak paham, besar kemungkinan si ‘aku’ yg di dalam itu sedang sekarat, tercemar oleh jelaga hitam yg sudah mengerak, buta, tuli, dan tak bisa memahami… Puasa, sholat, wudlu (yg benar tentu saja), dan sebagainya itu pada dasarnya adalah membersihkan apa yg ada di dalam, bukankah begitu… beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu (si ‘aku’ yg di dalam) (QS [91]:10) Lalu apakah kemudian nemu sendiri? kemana saat ini kita hadapkan wajah ini? Kepada karir kah? Keluarga? Kepada siapa kita hadapkan wajah ini? Hanya Dia yg sanggup mensucikan diri kita yg sebenarnya. Hanya Dia yg bisa mempertemukan kita dengan ‘aku’ yg sebenarnya. Hanya Dia yg bisa memperkenalkan diri-Nya kembali pada kita. Hanya Dia yg sanggup melakukan semua itu. hadapkan wajah yg lurus, dan ajukan permohonan. Itu mungkin sebuah langkah awal. Thanks to Mas Watung

Chapters of life

Chapters of life Satu lagi tulisan dari Mas Watung yang membuat saya tersadar kembali What the purpose of our life...by remainding to our selves "who am I" and what shoul I do in this part “Urip mung mampir ngombe,” tegas nenek saya. Hidup itu cuma bersinggah untuk minum. Mari sini, teman-teman yang baik, mari sini. Sembari mengukur jalan ini, membuang kembali ingatan ke masa kecil, yang kata orang, masa paling indah. Ingatkah ruang itu, ketika kita menyusuri kebun tebu dan melempari danau bersama kawan-kawan sebaya, tanpa tuntutan, tanpa prasyarat? Dan jejak-jejak gairah itu, luka itu, rasanya baru kemarin, bukankah demikian? Dan sungguh, waktu meluncur begitu cepat. Hal-hal yang tak terbayangkan di masa kecil, kini kita hadapi. Maka sampailah kita di sini, para penyusur jalanan dan gedung-gedung kota yang suram. Pergi pagi pulang petang. Lalu untuk apa? Mengisi lambung yang hanya seukuran setengah bantal ini? Menunggu maut? Ah, sudahlah… ;-) Ijinkan saya bercerita tentang bab-bab kehidupan, perjalanan sebagian besar kita, yang bermula dari suatu masa jauh sebelum kita dilahirkan, dan berakhir dengan… entahlah, saya ingin membiarkan jari-jari ini jatuh kemana pun yang disuka. Hanya dengan memahami bab-bab awal itu, kita akan beroleh clue dimana kita sekarang, untuk apa, dan kemana semuanya ini menuju. * * * * CHAPTER 1 Bersama Tuhan Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka: “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul, kami menjadi saksi”. (QS [7]:172) Tentang apakah ayat ini berkisah? Siapakah itu jiwa-jiwa keturunan Adam, yang berhadap-hadapan dengan Allah Yang Maha Tinggi itu, teguh bersaksi tiada ragu “Betul, kami menjadi saksi”? Kita, teman-teman yang baik. Itu kita. Saya, anda, masing-masing, semuanya! Jiwa yang ada di sana itu, adalah juga yang ada di sini. Sosok yang bercakap-cakap dengan Sang Raja Diraja Semesta Raya itu, adalah juga sosok yang ini. Bukan siapa-siapa, bukan para tokoh di dongeng dan kisah pahlawan, tapi kita. Kita adalah saksi tentang keesaan Tuhan, bukankah demikian? Kita lah, makhluk mulia yang diciptakan dengan sebaik-baiknya ini, yang akan angkat suara atas segala keraguan tentang keberadaan Tuhan. Karena bukankah kita telah melihat Dia, teman-teman yang baik? Berbicara dengan-Nya? Kita lah yang paham benar, kita yang tahu. Siapapun itu: presiden dan tukang cukur, guru dan para murid, sarjana dan kaum awam, laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, tak satu pun terkecuali. Kita berasal dari sana, kita semua bersaksi, dan akan dituntut tentang persaksian itu. … agar di hari kiamat engkau tak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini.” (QS [7]:172) Akan tetapi, lihatlah diri ini kini. Ingatkah kita tentang semua kejadian itu? Ingatkah kita akan sosok “wajah” yang kepada-Nya kita menghadap dahulu? Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa kepada kejadiannya… (QS [36]:78) Kebanyakan kita, tak sedikit pun mampu mengingatnya. Mengapa? Coba kita teruskan, barang sebentar. CHAPTER 2 Di Dalam Rahim Di rahim ibu, lumbung kokoh nan penuh kasih sayang, sebuah “kendaraan” pun hati-hati disiapkan, ditumbuhkan dari segumpal tanah. Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya. (QS [71]:17) Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. (QS [39]:6) Empat bulan lamanya (atau 120 hari, atau 3 kali 40 hari) adalah usia janin ketika terjadi apa yang di dunia kedokteran disebut sebagai quickening, ketika sang ibu mulai merasakan gerak-gerik yang kuat di rahimnya, ketika seluruh bagian tubuh mengalami perkembangan cepat — yang oleh sebagian tafsir disebut sebagai saat ketika jiwa dan ruh mulai ditiupkan. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh-Nya… (QS [32]:9) Dia-lah yang menciptakan kamu dari turaab, kemudian dari nuthfah, sesudah itu dari ‘alaqah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak… (QS [40]:67) Jiwa anak-anak adalah jiwa yang bersih nan suci, begitu kata Rasulullah s.a.w. Lihatlah bayi-bayi itu, teman-teman yang baik. Mereka tersenyum kepada setiap orang, walau tetap sensitif pada setiap bersitan niat buruk yang hadir, bukankah begitu? Mereka bercakap-cakap dengan hewan dan tumbuhan, bahkan bercanda memandang ke arah sesuatu yang kita tak mampu melihatnya. Mereka menyentuh sana dan sini, memasukkan apa saja ke mulutnya, belajar tentang dunia barunya, dunia yang asing yang kini musti dijalani, bumi beserta seluruh penghuninya, juga tubuh — kendaraan barunya ini, yang memungkinkannya merambah belantara, samudra dan angkasa, di sini. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menjadi abdi-Ku. (QS [51]:56) Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.” (QS [2]:30) Dan babak baru pun dimulai… CHAPTER 3 Dunia, Tempat Persinggahan Tubuh, kata Al-Ghazali, adalah kendaraan bagi jiwa, kendaraan kita. Tubuh dengan kepala dan kaki, tangan dan punggung yang kita sentuh ini, adalah bak kereta kuda bagi kita kusirnya, sang pengendali kuda. Namun semenjak hari pertama itu pun, kita menumbuhkan “aku” yang lain, egoisme, dan melakukan apa saja demi keakuan yang baru ini. Kita bercermin, dan menyangka bayangan itulah diri kita. Kita mengambil foto dan meyakinkan semua orang, lihatlah diriku, betapa ayu dan gagah sungguh. Teman-teman yang baik, adakah sama, kusir dengan keretanya? Adakah sama, “aku” dengan “tubuhku”? Pernahkah kita bertanya, di manakah diri kita yang sebenarnya, kini? Di manakah kita yang dulu berhadap-hadapan dengan Sang Penguasa Semesta? Kapan terakhir kita sanggup melihat-Nya? Dan keserakahan, hawa nafsu, syahwat pun kian mewabah. Sang bayi yang telah tumbuh besar itu pun kini tak lagi mudah tersenyum pada orang-orang, atau berbicara pada pohon dan kupu-kupu. Kita jadi mudah marah, dan merasa diri telah bersikap tegas. Kita mengurangi timbangan pelanggan dan karyawan, dan merasa diri telah melakukan hal yang cerdik. Kita pergi haji, dan merasa lengkaplah sudah satu set kapling di dunia dan villa di surga. Padahal kepada Tuhan dan kisah para nabi, diam-diam kita menepisnya “Dongengan jaman dulu! Berbicara dengan Tuhan? Ah, hari gini?”, sembari mengangkat cawan selamat hari raya, demi koneksi dan relasi. … seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. (QS [59]:19) Teman-teman yang baik, jiwa ini telah lumpuh! Digerogoti oleh prahara dosa, nafsu dan amarah. Lumpuh, dalam arti sebenarnya, pingsan dan tak sadarkan diri, tak bisa bangkit, terpuruk! Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS [91]:10) Maka siapakah kini yang tengah berjalan-jalan ini? Teman-teman yang baik, kereta kuda itu telah melalang buana tanpa kendali, pergi kemanapun yang disuka: kepada harta, kekuasaan, dan senggama. Terbangun di pagi hari, sampai terkulai di malam hari, tubuh kita menjalankan berbagai hal, tanpa tahu untuk apa semua itu. Mari pikirkan baik-baik persaksian itu. Adakah tubuh ini turut bersaksi di sana? Tentu tidak! Tubuh terbentuk di dalam rahim, dan tak tahu menahu tentang persaksian yang kita alami. Tubuh tak punya “acara” di bumi ini, selain sebagai kendaraan bagi jiwa, bagi kita. Tubuh tak peduli soal kita yang musti menjadi abdi-Nya, yang musti menjadi wakil-Nya, khalifah-Nya di muka bumi. Teman-teman yang baik, kita lah yang merekam peristiwa persaksian itu, tubuh tak ingat apa-apa. Hati yang bersih yang akan sanggup mengingatnya, otak tak tahu apa-apa. Tubuh tak ada di sana! Namun bila bahkan jiwa dan hati ini tak mengingat apapun… wahai, tidakkah itu berarti jiwa ini tengah sekarat, teman-teman yang baik? Tanpa sang kusir, bukankah tubuh akan bak kereta kuda yang pergi kemana pun yang disuka, melakukan apapun yang dimauinya? Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya… Mereka itu tak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya. (QS [25]:43-44) Dan hal ini pun berlangsung, sampai senja menyadarkan kita… tatkala jiwa dilepaskan, dicabut dari tubuhnya, maka kita akan paham. Kita akan tahu, teman-teman yang baik, kita akan melihat semuanya! Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam. (QS [50]:22) * * * * dan CHAPTER 4, 5… Dan chapter 4 adalah sebuah perjalanan di alam yang berbeda, alam barzakh. Sebuah kehidupan yang jauh lebih panjang, jauuuuhh lebih lama dari yang kita jalani di dunia sekarang ini. Sebuah masa yang berawal ketika jiwa dan ruh “dicabut” dari tubuh, ketika tubuh menyelesaikan tugasnya dan kembali ke tanah dan kita (jiwa) meneruskan perjalanannya, dan berakhir tatkala sangkakala mulai ditiup, yang menandai awal dari qiyamah ketika semesta raya ditutup dan seluruh makhluk dikumpulkan di sebuah padang, Chapter akhir dari kehidupan. Maka, bila kita (jiwa ini) dalam keadaan lumpuh, bagaimana kita akan melanjutkan perjalanan yang jauh nan panjang nanti? Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat ia akan lebih buta dan lebih tersesat dari jalan. (QS [17]:72) Teman-teman yang baik, kita masing-masing di sini, di tempat persinggahan ini, ditugaskan untuk mengambil sesuatu, dan kita diberi fasilitas yang berbeda-beda. Tiap-tiap diri dimudahkan sesuai dengan untuk apa ia diciptakan. (Rasulullah SAW — HR Bukhari) Dan Al Quran adalah sebuah peta rahasia, yang menceritakan tentang seluruh alam ini, kehidupan ini, apa yang akan dihadapi, dan bagaimana melewatinya dengan baik, dari awal sampai akhir, bukankah begitu? Al Quran pada dasarnya berkisah tentang diri kita, ketika berbicara tentang orang-orang kafir dan para pencinta dunia. Al Quran menunjuk diri kita, ketika berbicara tentang penyembah berhala yang menuhankan hawa nafsunya. Al Quran tidak menunjuk siapa-siapa, ketika berkisah tentang Bani Israil. Kita, teman-teman yang baik. Kita yang ditunjuk. * * * * Semoga sebuah kehendak yang sungguh-sungguh untuk kembali… barangkali itu sebuah awal yang baik. Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (QS [7]:23) Allah menarik orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada-Nya orang yang kembali. (QS [42]:13) Kembali, teman-teman yang baik. Dan jika kita kembali berjalan menuju-Nya, Dia akan berlari menjemput. Itu pasti. Insya Allah.

Minggu, 12 Desember 2010

Life is a journey

What life is.....maybe a part of the song of "The voice within" by christina can describe it,not all but it can be one of many explanation about what will we do to get throughand walk in this world. firstly pray for it to our Good then do it. No matter will be happen just give it back to Our Good and we will be alright....just learn it and realize that Good will always have a good reason behind it.And our feeling will flown away

Life is a journey
It can take you anywhere you choose to go
As long as you're learning
You'll find all you'll ever need to know
(Be strong)
You'll break it
(Hold on)
You'll make it
Just don't forsake it because
(No one can tell you what you can do)
No one can stop you

Kamis, 25 November 2010

Hidup dan Game Monopoli

Iseng 2 buka blog....ketemu blog Watung.org
Ada artikel yang cukup menarik saya dan mulai berpikir kembali ...what life is yang menambah daftar renungan buat malam ini ;D
Thanks Bapak Watung

“Hidup ini permainan,” kira-kira begitu kata Kitab Suci. Ini ide yang nggak terlalu nyandak buat sebagian orang sebenarnya. Lha gimana, wong sudah lintang pukang dibombardir deadline seperti ini, pagi sampai petang, kok dibilang cuma dolanan? Dan kalau kita baca koran, betapa seratusan orang mati tragis di Situ Gintung, trilyunan duit beredar di pemilu kemarin, peluh dan depresi, tragedi dan nestapa dunia, semua riil terasa… dan sama sekali nggak kelihatan seperti main-main. Kelihatannya.

Rumi punya tamsil yang kalau dipikir-pikir, dimat-matke, bisa memberi sedikit insight. Begini beliau bilang:

This world is a playgroundwhere children pretend to have shops.
They exchange imaginary money.

Night comes, and they go home tiredwith nothing in their hands.

Persis. Kita seharian nguber-nguber (dan diuber-uber) kerjaan, pemilu, rumah, iPhone, Playstation, bonus tahunan, deposito, job-grade, golden shakehand (apaan sih?)… sementara nanti pas saatnya kita dikubur berkalang tanah, nggak satu pun dibawa, kecuali selembar kafan. Semuanya ditinggal, termasuk anak dan istri. Semuanya goodbye.


What is this life? What is the purpose of this game of life?

Dan hidup ini tentulah lebih kompleks, lebih warna-warni dari permainan monopoli. But again, what have we learned from this “game of life”, sesuatu yang akan senantiasa melekat bahkan ketika papan kehidupan kita ditutup? What do you think The Creator has in mind? Telling us to collect imaginary money, lands and houses… as much as you can?

What is the life of this worldbut play and amusement?
But best is the home in the hereafter,for those who are righteous.
Will ye not then understand?


(Quran 6:32)

Senin, 11 Januari 2010

Memohon pilihan dengan ilmuMu Yaa Hadi

Ya Allah aku memohon pilihan dengan ilmuMu dan memohon kekuatan dengan kekuatanMu aku memohon dengan fadilahMu yang agung.Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui apa yang tidak aku ketahui dan Engkau mampu melakukan apa yang aku tidak sanggup melakukannya dan Engkau Maha Mengetahui alam ghaib.Takdirkanlah bagiku ketetapan yang baik bagaimanapun ketetapan itu kemudian anugerahkanlah keridhoan kepadaku atas ketetapan itu.

Bismillah untuk diriku dan Bismillah untuk keluargaku selamatkanlah kami selama menempuh sisa hidup kami agar kami senantiasa puas dengan apa yang Engkau ridokan pada kami agar kami tidak ingin menunda apa yang ingin Engkau segerakan dan tidak ingin mnyegerakan apa yang Engkau tunda.

Berikanlah kami kekuatan untuk untuk selalu memepercayakan semua permasalahan dan keinginan kami kepada keputusan,keinginan dan pengaturan Mu Ya Rabbi,Engkaulah yang selalu memperhatikan kami dalam setiap keadaan dan kami selalu berada dalam jaminanMu serta Engkaulah yang telah membentangkan jalan keluar bagi semua permasalahan dari arah yang tidak pernah kita duga akan menghampiri kami.
Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu,maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami,dan bertasbihlah memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri.(At-Thur : 48)

WELCOME AHLAN WA SAHLAN

alhamdulillah
create new blog again....
hopely have courage to write again
gambatte !!!!